
Tutorial Git #8: Perbedaan Git Checkout, Git Reset, Dan Git Revert
Tutorial Git #8: Perbedaan Git Checkout, Git Reset, Dan Git Revert
Git adalah sistem kontrol versi yang digunakan untuk melacak perubahan kode selama pengembangan proyek. Dengan banyaknya fitur yang ditawarkan, beberapa perintah dalam Git bisa membingungkan, terutama bagi pemula. Salah satu perintah yang sering menimbulkan kebingungan Adalah `git checkout
`, `git reset
`, Dan `git revert
`. Ketiga perintah ini memiliki fungsi yang berbeda meskipun sama-sama digunakan untuk mengatur ulang atau membatalkan perubahan dalam repositori Git. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam perbedaan antara ketiga perintah ini serta situasi kapan masing-masing perintah sebaiknya digunakan.
Table of Contents
Apa Itu Git Checkout ?
`git checkout
` adalah Perintah yang digunakan untuk berpindah dari satu branch ke branch lain, Atau memeriksa commit tertentu dalam sebuah repositori. Ketika Anda menggunakan `git checkout
`, Anda dapat mengatur ulang working directory (direktori tempat Anda bekerja) ke commit atau branch tertentu. Ini berguna saat Anda ingin bekerja pada versi kode yang berbeda atau melihat perubahan dari commit sebelumnya.
Beberapa fungsi utama dari `git checkout
` adalah:
- Berpindah antar branch: Jika Anda sedang bekerja di branch `
main
` dan ingin berpindah ke branch `feature
`, Anda bisa menggunakan perintah `git checkout feature
`. Ini memungkinkan Anda untuk melihat dan mengerjakan kode yang ada di branch `feature
`. - Membuat branch baru: Anda juga bisa menggunakan `
git checkout
` untuk membuat branch baru dan langsung berpindah ke branch tersebut. Misalnya, jika Anda ingin memulai pengembangan fitur baru tanpa mempengaruhi branch utama, Anda bisa menjalankan perintah `git checkout -b feature-branch
`, yang secara otomatis membuat branch baru dan berpindah ke branch tersebut. - Memeriksa commit tertentu: `
git checkout
` juga memungkinkan Anda untuk memeriksa file atau commit pada masa lalu. Jika Anda ingin melihat keadaan kode pada commit tertentu, Anda dapat menggunakan perintah `git checkout
` diikuti dengan ID commit yang ingin Anda periksa, tanpa mengubah branch yang sedang aktif.
Contoh penggunaan `git checkout
`:
```
git checkout <commit-id>
```
Dalam situasi ini, Anda akan melihat state dari kode yang ada di commit tersebut, namun tidak akan memengaruhi branch yang sedang aktif.
Baca Juga
Apa Itu Git Reset ?
`git reset
` adalah perintah yang lebih kuat dan berpotensi berbahaya jika tidak digunakan dengan hati-hati. Tujuan utama `git reset
` adalah untuk menghapus commit dari riwayat atau mengembalikan HEAD (penunjuk commit saat ini) ke commit sebelumnya. Ada beberapa opsi untuk `git reset
` yang memberikan tingkat pengaturan ulang yang berbeda, tergantung pada hasil yang ingin Anda capai.
Ada tiga jenis `git reset
`:
- Soft reset (`
git reset --soft
`): Soft reset akan mengembalikan HEAD ke commit tertentu tanpa menghapus perubahan yang telah di-stage. Ini berarti Anda masih dapat mengubah commit yang di-reset dan menyimpan perubahan tanpa harus mengulangi pekerjaan.
Contoh penggunaan:
```
git reset --soft <commit-id>
```
- Mixed reset (`
git reset --mixed
`): Ini adalah mode default jika Anda tidak menambahkan opsi tambahan. Mixed reset akan mengembalikan HEAD ke commit tertentu dan menghapus perubahan yang di-stage, tetapi perubahan tersebut masih ada di working directory Anda. Anda bisa memodifikasi atau menyimpan ulang perubahan tersebut ke commit baru.
Contoh penggunaan:
```
git reset --mixed <commit-id>
```
- Hard reset (`
git reset --hard
`): Ini adalah opsi paling drastis. Hard reset akan mengembalikan HEAD ke commit tertentu dan menghapus semua perubahan di staging area dan working directory. Semua perubahan yang dilakukan setelah commit tersebut akan hilang secara permanen.
Contoh penggunaan:
```
git reset --hard <commit-id>
```
Apa Itu Git Revert ?
Berbeda dengan `git reset`, `git revert
` adalah perintah yang digunakan untuk membatalkan commit sebelumnya dengan cara yang aman, tanpa menghapus riwayat commit yang ada. `git revert
` membuat commit baru yang secara khusus membalikkan perubahan dari commit yang ditentukan, sehingga Anda tidak mengubah atau menghapus riwayat versi proyek.
Misalnya, jika Anda ingin membatalkan perubahan yang dilakukan oleh commit sebelumnya, Anda dapat menggunakan perintah `git revert
`. Hal ini berguna terutama jika repositori sudah dibagikan atau dipublikasikan ke remote repository, karena riwayat commit tetap utuh.
Contoh penggunaan:
```
git revert <commit-id>
```
Ketika Anda menjalankan perintah tersebut, Git akan membuat commit baru yang berfungsi untuk mengembalikan perubahan yang dilakukan oleh commit sebelumnya, tetapi tanpa menghapus riwayat commit itu sendiri.
Kapan Sebaiknya Menggunakan Git Checkout ?
Berikut adalah beberapa situasi di mana Anda sebaiknya menggunakan `git checkout
`:
- Saat Anda ingin berpindah antar branch untuk mengerjakan fitur atau bug yang berbeda.
- Saat Anda ingin memeriksa commit sebelumnya untuk melihat versi kode pada titik waktu tertentu tanpa mempengaruhi branch yang sedang Anda kerjakan.
- Saat Anda ingin membuat branch baru dan langsung bekerja di branch tersebut, terutama saat memulai pengembangan fitur baru.
Dalam penggunaan sehari-hari, `git checkout
` sangat berguna untuk pengelolaan branch dan commit. Jika Anda sering berpindah-pindah antara branch yang berbeda atau ingin mengerjakan cabang terpisah dari branch utama, `git checkout
` adalah pilihan yang tepat.
Kapan Sebaiknya Menggunakan Git Reset ?
Berikut adalah beberapa situasi di mana Anda sebaiknya menggunakan `git reset
`:
- Saat Anda ingin menghapus commit yang tidak diinginkan dari riwayat commit tanpa membuat commit baru.
- Saat Anda ingin mengatur ulang state kode ke commit sebelumnya, terutama jika Anda melakukan commit yang salah atau tidak perlu.
- Saat Anda ingin menghapus perubahan dari working directory dan staging area (hard reset).
Namun, berhati-hatilah saat menggunakan `git reset
`, terutama dengan opsi hard. Jika Anda menggunakan hard reset, Semua perubahan yang belum Di-commit akan hilang secara permanen. Gunakan opsi ini hanya jika Anda yakin bahwa perubahan tersebut tidak diperlukan lagi.
Kapan Sebaiknya Menggunakan Git Revert ?
Berikut adalah beberapa situasi di mana Anda sebaiknya menggunakan `git revert
`:
- Saat Anda ingin membatalkan perubahan yang sudah Di-commit, Tetapi tanpa mengubah riwayat commit yang ada.
- Saat Anda bekerja dengan tim dan ingin memastikan bahwa semua perubahan terdokumentasi dengan baik dalam riwayat commit.
- Saat Anda ingin membatalkan commit di branch yang sudah dipublikasikan ke remote repository tanpa merusak riwayat versi proyek.
`git revert
` adalah opsi yang lebih aman dibandingkan dengan `git reset
` ketika Anda bekerja dalam tim atau ketika repositori sudah dibagikan ke orang lain. Ini karena `git revert
` tidak menghapus commit, melainkan menambah commit baru yang membatalkan perubahan dari commit sebelumnya.
Kesimpulan
Perbedaan antara `git checkout
`, `git reset
`, dan `git revert
` terletak pada cara masing-masing perintah memengaruhi riwayat commit dan working directory:
- `
git checkout
` digunakan untuk berpindah antar branch atau memeriksa commit tertentu tanpa mengubah riwayat commit. - `
git reset
` digunakan untuk menghapus commit atau mengembalikan HEAD ke commit sebelumnya, dengan beberapa opsi seperti soft, mixed, dan hard reset yang memberikan tingkat perubahan yang berbeda. - `
git revert
` digunakan untuk membatalkan commit dengan membuat commit baru yang membalikkan perubahan dari commit sebelumnya tanpa menghapus riwayat commit.
Dengan memahami perbedaan ini, Anda dapat memilih perintah yang paling tepat untuk situasi tertentu. `git checkout
` cocok digunakan saat Anda ingin berpindah branch atau mengecek commit tertentu, `git reset
` berguna untuk menghapus commit yang tidak diinginkan, sementara `git revert
` adalah opsi yang lebih aman untuk membatalkan commit dalam riwayat yang sudah dipublikasikan.
- Skill-Skill Yang Perlu Dimiliki Programer
- Sejarah Terciptanya Bahasa Pemrograman Java
- 4 Manfaat Coding Untuk Anak
- 4 Roadmap Untuk Jadi Programer
- Macam Profesi IT Paling Dicari Tahun 2024
- Skill-Skill Yang Perlu Dipelajari Insinyur AI
- Rekomendasi 4 Aplikasi Coding Via Komputer
- Review Aplikasi Coding Notepad++
- Revolutionize Code Generation with programming-helper/generate-function
- 4 Contoh Koding Untuk Website Bisnis Online
- Rekomendasi 4 Tool IDE Untuk Pengembangan Web
- 4 Jobdesk Utama Seorang Front End Developer
- Memahami Jenis Error yang Sering Terjadi Saat Koding
- Cara Install serta Setup Unity Engine di Mac dengan Baik dan Benar
- Skill-Skill Yang Harus Dikuasai Back End Developer
- Skill Yang Dipelajari Seorang Front End Developer
- Tugas-tugas Yang Di Emban Back End Developer
- Top 4 Bahasa Pemrograman Untuk Membuat Kecerdasan Buatan
- 4 Alasan Javascript Perlu Dipelajari Programmer
- 4 Tantangan Yang Harus Dihadapi Programmer
- 4 Alternatif AI Coding Selain ChatGPT
- 4 Bahasa Pemrograman Tersulit Dipelajari
- Menguak Teknologi di Balik Speech Recognition: Bagaimana Mesin Memahami Ucapan
- Coding 101 : Sejarah Perkembangan Phyton
- Serba-serbi Bahasa Pemrograman C
- 5 Manfaat Test dan Debugging Saat Membuat Aplikasi
- 6 Tips Memilih Laptop Untuk Keperluan Coding
- 6 Alasan Kenapa Linux Banyak Digunakan Untuk Coding
- 6 Ciri Kamu Mengalami Overwhelmed saat Belajar Bahasa Pemrograman
- 5 Perbedaan Call By Reference dan Call By Value dalam Pemrograman
- Tutorial Persiapan Pemrograman C Di Linux
- Memahami Struktur Dasar dan Aturan Penulisan Program C
- Belajar Pemrograman C : Mengenal Fungsi Input dan Output pada C
- Belajar Pemrograman C #05: Mengenal Variabel, Tipe Data, Dan Konstanta
- 6 Bahasa Coding Yang Cocok Untuk Pengembangan Aplikasi Mobile
- 6 Manfaat Coding HTML dalam Dunia IT
- 6 Manfaat Belajar Coding C Untuk Programmer Pemula
- Mengenal Lima Tipe Data yang Umum Digunakan dalam Pemrograman
- 6 Tips Coding Laravel Yang Belum Diketahui Banyak Orang
- 6 Tips dan Trik Coding Java untuk Pengembang Baru
- 5 Teknik Pengoptimalan Kode C untuk Performa Maksimal
- 6 Tantangan Pemrograman C yang Dapat Mengasah Keterampilan Anda
- 7 Pustaka Laravel yang Membantu Mempercepat Pengembangan Aplikasi
- 6 Tips Coding HTML yang Jarang Diketahui Orang
- 7 Perbedaan Utama Antara C dan C++ yang Harus Anda Ketahui
- 5 Proyek Sederhana untuk Menguasai Bahasa Pemrograman C
- 6 Contoh Operator Pada Bahasa Pemrograman C
- 6 Bentuk Blok Percabangan Pada Pemrograman C
- 6 Cara Proyek Yang Bisa Dibuat Sebagai Portofolio Coding
- 6 Tips Efektif Belajar Bahasa Pemrograman Secara Otodidak
- Mengenal Tipe Data Enum pada C
- 5 Jenis Fungsi dalam Bahasa C yang Wajib Kamu Tahu
- Mengenal Struktur Data Array pada C
- 6 Alasan Pentingnya Membuat Portofolio Coding Bagi Programmer
- 4 Jenis Blok Perulangan Pada Bahasa Pemrograman C
- 6 Perbedaan Front End dan Back End Programmer
- 6 Platform Untuk Membagikan Portofolio Coding Bagi Programmer
- 7 Contoh Coding Sederhana dengan SQL untuk Mengelola Database
- 6 Kegunaan Bahasa Pemrograman Git yang Perlu Diketahui
- 7 Perintah Git yang Wajib Diketahui Setiap Developer
- Tutorial Git 1 : Pengenalan
- Tutorial Git 2 : Installasi
- Tutorial Git #3: Simpan Perubahan Revisi dengan Git Commit
- 5 Alasan Programmer Harus Selalu Update Kemampuan Coding
- 6 Jenis Operator Pada Pemrograman C
- 4 Bentuk Blok Perulangan Pada Pemrograman C
- Tutorial Membuat Sistem Notifikasi dengan Redistribusi Pub/Sub di Golang
- 6 Tips Memulai Karier Sebagai Junior Programmer
- 6 Proyek Open-Source yang Dibangun dengan Ruby
- 6 Fakta Menarik Bahasa Pemrograman Ruby
- 6 Keterkaitan Bahasa Pemrograman dan Ilmu Matematika
- Rekomendasi 5 Game Gratis Untuk Belajar Coding
- 6 Jasa Freelance Yang Bisa Ditawarkan Programmer
- Tutorial Git #4: Melihat Catatan Log Revisi
- Tutorial Git #5: Melihat Perbandingan Revisi Dengan Git Diff
- Tutorial Git #6: Perintah untuk Membatalkan Revisi
- Tutorial Git #7: Menggunakan Percabangan Untuk Mencegah Konflik
- 6 Tools yang Paling Efektif Saat Digunakan Bersama Jenkins
- 6 Paket NPM Paling Populer untuk Pengembangan Node.js
- Perbandingan: Otodidak VS Bootcamp dalam Belajar Coding
- 5 Langkah Mudah Memulai Pemrograman SQL bagi Pemula Data Science
- Kenapa Belajar Coding Meningkatkan Kemampuan Problem Solving
- Tutorial Git #8: Perbedaan Git Checkout, Git Reset, Dan Git Revert
- Tutorial Git #9: Bekerja dengan Remote Repositori
- Pentingnya GitHub untuk Para Pembuat Program
- Berapa Gaji Programmer di Indonesia?
- Istilah-Istilah Bahasa Pemrograman yang Perlu Diketahui Pemula
- Cara Berkontribusi di Proyek Open Source
- 6 Manfaat Gabung Komunitas Coding Bagi Programmer Pemula
- 6 Perintah Git Lanjutan untuk Developer Berpengalaman
- Indikasi Menjadi Programmer Hebat: Kunci dan Ciri-Ciri yang Perlu Dikembangkan
- Perbedaan Pass by Value dan Pass by Reference di C: 5 Hal yang Harus Dipahami
- Memahami Union dalam C++: Pengertian, Aturan, dan Contoh Penerapannya
- 3 Komponen Kunci dalam Routing Aplikasi Web: Routes, Router, dan Prosesnya
- 5 Rekomendasi API untuk Pengembangan Aplikasi E-Commerce
- 5 Jenis API yang Harus Diketahui Developer: REST, SOAP, dan Lainnya
- Testing dan Debugging: Keterampilan Penting untuk Setiap Programmer Profesional
- 5 Rekomendasi Tools SQL Editor Terbaik untuk Programmer: Versi Lengkap dan Mendalam
- Tutorial GIT 11 : Bagaimana Cara Berkontribusi Di Project Open Source Via GIT
- Panduan Lengkap Pakai Git di Visual Studio Code: Gampang Banget, Bos!
- 6 Trik Jahil Programmer Saat Ngoding: Bikin Coding Jadi Seru (Tapi Tetap Produktif)
- 5 Tips Memilih Mentor Programmer yang Berkualitas: Jangan Sampai Salah Pilih, Bro!
- Aspek-Aspek Coding untuk Peningkatan User Interface (UI)
- Mau Jadi Jagoan Data Science? Yuk, Kenalan Sama NumPy: Panduan Gaul dan Lengkap Buat Pemula!
- Tutorial NumPy Untuk Operasi Data Science
- Belajar C++ #01: Pengenalan Bahasa C++ untuk Pemula
- Belajar C++ #02: Persiapan Belajar C++ di Linux
- 6 Rekomendasi Compiler Terbaik untuk Coding C++: Biar Ngoding Makin Ganteng dan Lancar Jaya
- Cara Install NumPy di Berbagai Platform
- Hubungan Belajar Coding dan Critical Thinking: Debug Hidupmu, Jadi Hacker Otakmu!
- Tipe-Tipe Programmer Berdasarkan Ketahanan Mental: Si Rage Quitter vs. Si Tenang Walau Error
- Belajar Pemrograman C #14: Mengenal Tipe Data String di C – Jadi Jago Coding Tanpa Baper!
- Belajar Pointer di C: Pointer itu Teman, Bukan Beban!
- Belajar Sintaks Dasar C++: Ngoding Gaya Santuy tapi Tetap Sakti
- Tips Tambahan Belajar Sintaks C++
- Belajar C : Fungsi untuk Alokasi Memori Secara Dinamis (Versi Santai & Lebih Paham)
- Tutorial NumPy untuk Operasi Data Science: Optimasi Penyimpanan dengan Data Types
- Jenis-Jenis Struktur Data dan Penggunaannya: Panduan Detail dan Kocak untuk Anak Muda
- Tutorial Membuat Sistem Notifikasi Redis Pub/Sub di Golang: Panduan Lengkap yang Mudah Dipahami
- 6 Alasan Kenapa Fungsi Input dan Output di C++ Itu Wajib Dikuasai (Lengkap dengan Contoh Kodingan dan Celoteh Serius-Nggak-Serius)
- 6 Trik Pakai printf() dan scanf() untuk Output dan Input yang Lebih Fleksibel
- Belajar C++ #04: Kupas Tuntas Fungsi Input dan Output pada C++ dengan Gaya Santai Biar Tetap Waras
- Debugging dan Error Handling: Rahasia di Balik Kode yang Sempurna
- Membongkar Kecurangan Website Judi Online dari Sisi Coding
- Sejarah Terciptanya Rust: Bahasa Pemrograman Idola Baru Developer Dunia
- Coding 101: Bug Memori: Masalah Kecil yang Bisa Bikin Program Crash!
- Hal-hal Yang Perlu Lo Lakukan Jika Ingin Membuat Bahasa Pemrograman Baru
- Rahasia Bikin Ruby on Rails Lebih Keren: Yuk, Kenalan Sama ViewComponent!
- Mengenal Jupyter Notebook: Tool Sakti Biar Coding Lo Makin Kece
- Konsep-Konsep SQL Jika Di Analogikan Dengan Anime Naruto
- 7 Kode Etik Programmer: Panduan Gaul Biar Jadi Coder Keren Tanpa Drama
- Programmer 101 :Rekursi dan Filosofi Stoikisme: Koding yang Bikin Lo Bijak ala Hokage
- Coding 101: Konsep Traverse Binary Tree - Jalan-Jalan di Pohon Biner dengan Gaya Santai
Last updated on March 20, 2025